Surabaya - Forum Kajian Ekonomi dan Keuangan
Regional (KEKR) Provinsi Jawa Timur mendorong pemerintah untuk
mengoptimalkan peran swasta dalam bentuk "Public Private Partnership"
(PPP) atau swasta murni dalam pembangunan infrastruktur untuk penguatan
ekonomi nasional.
Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Jatim Benny Siswanto, sebagai salah satu anggota forum KEKR,
dalam keterangan persnya Rabu di Surabaya mengatakan solusi
pengoptimalan swasta itu telah dilakukan oleh Pemprov Jatim.
Selain
itu, kata Benny, dukungan BUMN dan BUMD dalam pembiayaan pembangunan
sektor publik juga perlu ditingkatkan, karena adanya keterbatasan ruang
alokasi anggaran yang bersifat "mandatory budget" atau seperti belanja
pendidikan dan kesehatan.
"Oleh karena itu
penetapan prioritas diperlukan dalam pembiayaan proyek infrastruktur
publik, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap sektor mana saja
yang tepat untuk menggunakan alternatif pembiayaan yang sepenuhnya
diserahkan swasta," katanya.
Benny mengatakan,
sektor perbankan juga diharapkan turut mendukung pembiayaan ekonomi
dengan memberikan tingkat suku bunga yang lebih kompetitif, disamping
pembiayaan melalui kredit perbankan serta instrumen keuangan syariah
seperti optimalisasi penggunaan wakaf dan zakat untuk sektor yang
produktif, sehingga dapat menjadi alternatif bagi sumber pembiayaan
infrastruktur.
Ia mengatakan, saat ini di tengah perlambatan ekonomi dunia yang dipicu oleh stagnasi ekonomi di kawasan Eropa menyebabkan tekanan bagi perekonomian Indonesia.
"Kondisi ini berdampak terhadap capaian fiskal untuk membiayai pembangunan nasional. Sementara itu indikator pembiayaan pembangunan seperti pertumbuhan kredit perbankan juga masih relatif rendah," katanya.
Sedangkan
solusi kebijakan amnesti pajak yang digalakkan pemerintah pusat,
dinilai Benny sangat bagus namun diperkirakan baru bisa dirasakan
dampaknya pada tahun 2017.
"Dana dari
repatriasi dari amnesti pajak diharapkan nantinya mampu mendorong
capital inflow dan stimulus anggaran pemerintah khususnya untuk
infrastruktur," katanya.
Sementara itu, terkait
komposisi APBD Jatim, Benny mengaku untuk tahun 2016 mencapai Rp111,03
triliun, yang terdiri dari APDB kabupaten/kota sebesar Rp87,22 triliun
dan APBD Provinsi Jawa Timur sebesar Rp23,81 triliun.
Namun
melebarnya defisit fiskal, kata Benny mendorong pemerintah pusat
melakukan penundaan transfer ke daerah, sehingga berdampak terhadap
rencana pembangunan daerah yang ditetapkan sebelumnya.
Oleh
karena itu, untuk mengatasi masalah ini, Benny berharap pemerintah
bersama legislatif perlu menyamakan persepsi dan pemahaman dalam mencari
alternatif pembiayaan, salah satunya mengoptimalkan peran swasta.
0 comments :
Post a Comment