Aditiyo
Saputra,S.Psi./ 26 Oktober 2018
Aktifis
Surabaya, Pengurus Besar HMI
|
Siapa
yang tidak mengenal daerah Kecamatan Tanggulangin di Sidoarjo, sebagai daerah yang
didalamnya terdapat Sentra Industri tas dan kerajinan berbahan kulit yang
berdiri sudah cukup lama yaitu sekitar tahun 1975-an. Koperasi INTAKO dan IKM
Tanggulangin memiliki hampir seribu unit usaha yang berjalan dengan kemampuan menyerap
hampir tiga ribu tenaga kerja di dalamnya. Tanggulangin selalu ramai dikunjungi
masyarakat dalam kota, luar kota bahkan luar negeri yang ingin membeli tas,
sepatu maupun produk berbahan dasar kulit berkualitas lainnya. Sempat mengalami
sepi pengunjung akibat musibah lumpur PT Lapindo beberapa tahun yang lalu dan
banjirnya barang tas impor dari China membuat Kementrian Perindustrian Republik
Indonesia merasa terpanggil untuk melakukan revitalisasi sentra Tanggulangin. Dinas
PORABUDPAR Kabupaten Sidoarjo mencatat jumlah pengunjung di IKM Tanggulangin
ada 104.053 orang pada Tahun 2014, naik menjadi 244.974 jumlah pengunjung per
Tahun 2016, terus bertambahnya pengunjung menandakan Tanggulangin dapat merangsang
pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat di Sidoarjo.
Pertumbuhan
ekonomi berbasis UKM yang semakin bergeliat juga membuka peluang tenaga kerja
bagi masyarakat bertumbuh. Akibatnya, terjadilah mobilitas horizontal dalam
masyarakat desa ke kota yang juga menuntut dibutuhkannya pembangunan
infrastrukur hunian dan layanan publik baru bagi masyarakat di Sidoarjo.
Umumnya kita dapat melihat mobilitas tersebut dari semakin banyaknya warga
pendatang di Sidoarjo yang kemudian tinggal di perumahan atau komplek-komplek
yang baru dibangun di Sidoarjo demi alasan pekerjaan. Seperti yang biasa kita lihat
juga di kota Surabaya, warga pendatang yang tinggal di perumahan lebih bersifat
individualistik karena kesehariannya kurang membaur dengan tetangga apalagi
dengan masyarakat lokal asli Sidoarjo. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan
Nur Fahmi (2013) yang membahas tentang ruang lingkup masalah sosial atas dampak
pembangunan di Sidoarjo; terdapat interaksi yang berjalan kurang baik antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat asli Sidoarjo yang juga menggeser pola
pikir dan perilaku masyarakat dari yang sebelumnya terdapat budaya gotong
royong membangun rumah menjadi lebih individualistik. Hal tersebut bisa
berdampak lebih tidak kondusif lagi apabila tidak ditopang melalui aktivitas
masyarakat yang melibatkan interaksi massal secara positif antara pendatang dan
masyarakat asli Sidoarjo.
Melalui
Revitalisasi Kawasan Wisata Terpadu Tanggulangin 3 in 1; Wisata Belanja, Wisata
Budaya dan Wisata edukasi industri yang akan diimplementasikan saat ini. Baik
perubahan fisik, pertunjukan budaya, workshop edukasi dan program penunjang
bagi pengunjung Tanggulangin diharapkan dapat meningkatkan kualitas interaksi
sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Sidoarjo. Selain
itu, Tanggulangin diharapkan juga mampu mewujudkan kesejahteraan sosial bagi
masyarakat sebagaimana yang didefinisikan dalam UU nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial : “…kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.” Atau semoga saja berkelanjutan sebagai upaya menjaga kondisi
sosial masyarakat dengan rasa nyaman, aman dan tentram memenuhi kebutuhan
hidupnya.
0 comments :
Post a Comment