SIDOARJO – Masalah pengadaan Mobil
Operasional Desa (MOD) dan mobil dinas (mobdin) anggota DPRD Kabupaten
Sidoarjo, terus menjadi polemik. Pro dan kontra itu setidaknya juga
terlihat dalam dialog terbuka yang digagas Sidoarjo Forum di sebuah
rumah makan di Sidoarjo, Senin (5/9). Meski banyak pihak yang ngotot
untuk tetap merealisasikan rencana pengadaan itu, namun tak sedikit pula
menentang.
Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo, H
Sullamul Hadi Nurmawan menyatakan, setuju dan tidak setuju dalam sebuah
kebijakan yang dibuat pemerintah merupakan sebuah dinamika politik dan
demokrasi. Pihaknya memandang sudah saatnya mobil operasional desa
diadakan hal ini untuk mengcover kegiatan kepala desa dan warganya yang
selama ini kadang kebingungan dengan alat transportasi.
”Kami
tahu kebingungan para kepala desa dalam memberikan pelayanan, saat
warganya sakit ataupun kegiatan lainnya yang butuh transportasi,”
ujarnya di depan peserta dialog.
Ditambahkan ketua
dewan yang juga akrab disapa Gus Wawan itu, pengadaan mobil dinas untuk
anggota dewan dan mobil operasional desa sudah masuk dalam anggaran.
“Untuk
mobdin anggota dewan kita lakukan dengan sistim sewa sedangkan untuk
mobil operasional desa kita setujui separo dari jumlah desa yang ada di
Kabupaten Sidarjo dulu.
Sementara itu, Ketua
Paguyuban Kepala Desa H Supriyadi SH menyatakan, pihaknya tidak menolak
pengadaan MOD jika nantinya pemerintah merealisasikannya. Namun, secara
pribadi dia menyatakan ada hal lain yang lebih mendesak untuk
direalisasikan dibanding pengadaan mobil operasional desa tu.
”Di
Sidoarjo ini biaya pendidikan dan kesehatan masih sangat mahal, apa
tidak lebih baik kalau anggaran pengadaan mobil tersebut dialokasikan
untuk pendidikan dan kesehatan dan juga pembangunan infrastruktur
lainnya,” ujar Supriyadi.
Ditambahkan Kades
Trosobo ini, pihaknya mengaku pengadaan mobil operasional desa ini penuh
dengan nuansa politik dan tidak mengedepankan azas manfaatnya.
”Mobil
operasional desa ini merupakan janji politik yang disampaikan bupati
saat pemilukada (pemilihan umum kepala daerah) beberapa waktu lalu,”
akunya.
Ketua LSM Pusaka Faizun yang pada acara
dialog ini menjadi pembicara menyatakan, pembangunan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo sepertinya tanpa dilakukan
perencanaan terlebih dulu.
”Pengadaan mobil ini
bukan memperhatikan skala prioritas yang direncanakan tapi cenderung
karena unsur politik,” ungkap pria yang akrab dipanggil Paijo itu.
Setelah
acara dialog, Ketua Sidoarjo Forum Heru Sastrawan menyatakan, pihaknya
segera menyampaikan petisi penolakan terhadap Mobil Operasional Desa dan
mobdin untuk anggota DPRD Sidoarjo kepada Bupati Sidoarjo dan Ketua
DPRD Sidoarjo. “Disamping itu, Sidoarjo Forum juga akan mengirim surat
ke Gubernur Jawa Timur terkait persoalan itu,” jelasnya.
Di
tempat terpisah, Wakil Bupati (Wakil) Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan,
terkait pengadaan MOD dan mobdin anggota dewan dia menolak dikatakan
telah memberikan janji saat pemilukada lalu.
”Tidak
ada janji apapun ke kepala desa saat pemilukada lalu, tapi memang sudah
dilakukan pengkajian sebelumnya tentang pemenuhan mobil operasional
desa ini,” tegasnya.
Sumber: Berita Metro News
Sumber: Berita Metro News
0 comments :
Post a Comment